Jumat, 01 Oktober 2010

TEORI ORGANISASI UMUM


Budaya Organisasi Dalam Konteks Persekolahan


Seperti yg kita ketahui, dan tentunya juga pernah kita alami sebelumnya, bahwa di sekolah terjadi interaksi antara individu dengan lingkungannya,  baik lingkungan fisik maupun sosial dimana hal tersebut dapat mempengaruhi keduanya.. Lingkungan ini akan dipersepsi dan dirasakan oleh individu tersebut sehingga menimbulkan kesan dan perasaan tertentu. Oleh karena itu suatu sekolah yang ideal harus dapat menciptakan suasana lingkungan sekolah yang kondusif dan menyenangkan bagi setiap anggota sekolah, melalui berbagai penataan lingkungan, baik fisik maupun sosialnya.


Sebelum membahas tentang bagaimana budaya organisasi dalam konteks persekolahan, ada baiknya apabila kita memahami terlebih dahulu dengan apa yang disebut dengan tentang budaya organisasi itu sendiri secara konseptual.

Budaya organisasi sesungguhnya terdiri dari dua konsep yang tidak dapat dipisahkan, yaitu budaya dan organisasi. Untuk memahami tentang budaya berorganisasi kita perlu tahu apa sebenarnya budaya dan juga organisasi tersebut.


Budaya diartikan sebagai hasil dari kehidupan setiap manusia dan setiap kelompok manusia. Saat ini budaya dipandang sebagai sesuatu yang dinamis, bukan sesuatu yang kaku dan statis. Budaya bukan lagi kata benda, melainkan dipandang sebagai sebuah kata kerja yang dihubungkan dengan kegiatan manusia yang kita kenal dengan cipta, rasa dan karsa.


Sedangkan organisasi dapat dipandang sebagai kerja sama yang terjalin antar anggota memiliki unsur visi dan misi, sumber daya, dasar hukum struktur, dan anatomi yang jelas dalam rangka mencapai tujuan tertentu.


Budaya organisasi itu sendiri dipandang sebagai sebuah sistem yang mencakup umpan balik (feed back) dari masyarakat, profesi, hukum, kompetisi , asumsi, nilai, norma dan hasil dari perbuatan atau perilaku seperti produk, images, teknologi dan lain sebagainya.


Secara umum, penerapan konsep budaya organisasi di sekolah sebenarnya tidak jauh berbeda dengan penerapan konsep budaya organisasi lainnya. Kemungkinan terdapat perbedaan terletak pada jenis nilai yang dikembangkannya dan karakateristik dari para pendukungnya.


Nilai-nilai yang dikembangkan di sekolah, tergantung pada sekolah itu sendiri sebagai organisasi pendidikan, dimana mengembangkan, melestarikan dan mewariskan nilai-nilai budaya kepada para siswa adalah tugas mutlak sekolah. Sedangkan upaya untuk mengembangkan budaya organisasi di sekolah merupakan tugas kepala sekolah selaku leader dan manajer di sekolah. Dalam hal ini, kepala sekolah hendaknya mampu melihat lingkungan sekolahnya secara holistik atau menyeluruh, sehingga diperoleh kerangka kerja yang lebih luas guna memahami masalah-masalah yang sulit dan hubungan-hubungan yang kompleks di sekolahnya. Melalui pendalaman pemahamannya tentang budaya organisasi di sekolah, maka ia akan lebih baik lagi dalam memberikan penajaman tentang nilai, keyakinan dan sikap yang penting guna meningkatkan stabilitas dan pemeliharaan lingkungan belajarnya.


Dalam budaya organisasi ditandai adanya sharing atau berbagi nilai dan keyakinan yang sama dengan seluruh anggota organisasi. Salah satu contohnya adalah berbagi nilai dan keyakinan yang sama melalui pakaian seragam. Namun menerima dan memakai seragam saja tidaklah cukup. Pemakaian seragam haruslah membawa rasa bangga terhadap para siwa, menjadi alat kontrol dan membentuk citra organisasi.


Seperti yang kita ketahui, salah satu organisasi di wilayah sekolah adalah OSIS. OSIS merupakan suatu organisasi yang berada di tingkat sekolah di Indonesia yang dimulai dari Sekolah Menengah yaitu Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). OSIS diurus dan dikelola oleh murid-murid yang terpilih untuk menjadi pengurus OSIS, dan biasanya mendapat bimbingan dari seorang guru yang dipilih oleh pihak sekolah.

OSIS terbentuk berdasarkan tujuan pendidikan dan pembinaan generasi muda yang ditetapkan baik di dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 maupun di dalam garis-garis besar Haluan Negara yang menegaskan bahwa generasi muda yang di dalamnya termasuk para siswa adalah penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan nasional.


Berdasarkan tujuan tersebut, upaya untuk mewujudkannya diperlukan sekolah sebagai lingkungan pendidikan yang merupakan jalur pendidikan formal yang sangat penting dan strategis bagi upaya mewujudkan tujuan tersebut, baik melalui proses belajar mengajar maupun melalui kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler. Diantaranya adalah pembinaan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), kegiatan kurikuler, ko-kurikuler, dan ekstra-kurikuler, serta menciptakan suatu kondisi kemampuan dan ketangguhan yakni memiliki tingkat keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan, dan kekeluargaan yang mantap.

Organisasi-organisasi yang ada di institusi pendidikan merupakan miniatur dari organisasi-organisasi masyarakat yang nyata. Ikut aktif dalam setiap kegiatan akan memberikan gambaran bagaimana seharusnya kita bersikap dan bertindak dalam masyarakat yang tidak menyalahi nilai, norma dan budaya yang ada, sehingga individu yang tadinya bukan siapa-siapa akan dapat diterima di masyarakat sebagai seseorang yang matur dalam kehidupan bermasyarakat.





Teori organisasi dibagi atas 5 klasifikasi yaitu


1. Teori manajemen ilmiah

2. Teori organisasi klasik

3. Teori organisasi hubungan antar manusia

4. Teori behavioral science

5. Teori aliran kuantitatif



berikut penjabaran dari ke 5 klsaifikasi teori organisasi :


1. Teori Manajemen Ilmiah / Klasik


Variabel yang diperhatikan dalam manajemen ilmiah :

1. Pentingnya peran seorang manajer

2. Pemanfaatan dan pengangkatan tenaga kerja

3. Tanggung jawab kesejahteraan seorang  karyawan

4. Iklim yang cenderung kondusif


Manajemen ilmiah memperhatikan prinsip-prinsip pembagian kerja.


1.1. Robert Owen (1771 – 1858)

Menekankan tentang peranan sumberdaya manusia sebagai kunci keberhasilan perusahaan.

Dilatar-belakangi oleh kondisi dan persyaratan kerja yang tidak memadai, dimana kondisi kerja

sebelumnya dan kehidupan pekerja pada masa itu sangat buruk.


1.2. Charles Babbage (1792 – 1871)

Menganjurkan untuk mengadakan pembagian tenaga kerja dalam kaitannya dengan pembagian

pekerjaan. Sehingga setiap ekerja dapat dididik dalam suatu keterampilan khusus. Setiap

pekerja hanya dituntut tanggungjawab khusus sesuai dengan spesialisasinya.


1.3. Frederick W. Taylor :

Merupakan titik tolak penerapan manajemen secara ilmiah hasil penelitian tentang studi waktu

kerja (time & motion studies). Dengan penekanan waktu penyelesaian pekerjaan dapat

dikorelasikan dengan upah yang diterima. Metode ini disebut sistem upah differensial.


1.4. Hennry L. Gantt (1861 – 1919) :

Gagasannya mempunyai kesamaan dengan gagasan Taylor, yaitu :

1. Kerjasama saling menguntungkan antara manajer dan karyawan.

2. Mengenal metode seleksi yang tepat.

3. Sistem bonus dan instruksi.

Akan tetapi Hennry menolak sistem upah differensial. Karena hanya berdampak kecil terhadap

motivasi kerja.


1.5. Frank B dan Lillian M. Gilbreth (1868 – 1924 dan 1878 – 1972) :

Berdasarkan pada gagasan hasil penelitian tentang hubungan gerakan dan kelelahan dalam

pekerjaan. Menurut Frank, antara gerakan dan kelelahan saling berkaitan. Setiap gerakan

yang dihilangkan juga menimbulkan kelelahan. Menurut Lillian, dalam pengaturan untuk

mencapai gerakan yang efektif dapat mengurangi kelelahan.


1.6. Herrrington Emerson (1853 – 1931) :

Berpendapat bahwa penyakit yang mengganggu sistem manajemen dalam industri adalah

adanya pemborosan dan inefisinesi. Oleh karena itu ia menganjurkan :

1. Tujuan jelas

2. Kegiatan logis

3. Staf memadai

4. Disiplin kerja

5. Balas jasa yang adil

6. Laporan terpecaya

7. Urutan instruksi

8. Standar kegiatan

9. Kondisi standar

10. Operasi standar

11. Instruksi standar

12. Balas jasa insentif


2. Teori Organisasi Klasik


2.1. Fayol (1841 – 1925) :

Teori organisasi klasik mengklasifikasikan tugas manajemen yang terdiri atas :

1. Technical ; kegiatan memproduksi produk dan mengoranisirnya.

2. Commercial ; kegiatan membeli bahan dan menjual produk.

3. Financial ; kegiatan pembelanjaan.

4. Security ; kegiatan menjaga keamanan.

5. Accountancy ; kegiatan akuntansi

6. Managerial ; melaksanakan fungsi manajemen yang terdiri atas :

– Planning ; kegiatan perencanaan<>

– Organizing ; kegiatan mengorganiisasikaan

– Coordinating ; kegiatan pengkoorrdinasiian

– Commanding ; kegiatan pengarahann

– Controlling ;  kegiatan penngawasaan

Selain hal tersebut diatas, asas-asa umum manajemen menurut Fayol adalah :

– Pembagian kerja

– Asas wewenang dan tanggungjawab<>

– Disiplin

– Kesatuan perintah

– Kesatuan arah

– Asas kepentingan umum

– Pemberian janji yang wajar

– Pemusatan wewenang

– Rantai berkala

– Asas keteraturan

– Asas keadilan

– Kestabilan masa jabatan

– Inisiatif

– Asas kesatuan


2.2.  James D. Mooney :

Menurut James, kaidah yang diperlukan dalam menetapkan organisasi manajemen adalah :

a. Koordinasi

b. Prinsip skala

c. Prinsip fungsional

d. Prinsip staf


3. Teori Hubungan Antar Manusia (1930 – 1950)


Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan psikologis terhadap bawahan, yaitu dengan

mengetahui perilaku individu bawahan sebagai suatu kelompok hubungan manusiawi untuk

menunjang tingkat produktifitas kerja.

Sehingga ada suatu rekomendasi bagi para manajer bahwa organisasi itu adalah suatu sistem

sosial dan harus memperhatikan kebutuhan sosial dan psikologis karyawan agar produktifitasnya

bisa lebih tinggi.


4. Teori Behavioral Science :


4.1. Abraham maslow

Mengembangkan adanya hirarki kebutuhan dalam penjelasannya tentang perilaku manusia dan

dinamika proses motivasi.


4.2. Douglas Mc Gregor

Dengan teori X dan teori Y.


4.3. Frederich Herzberg

Menguraikan teori motivasi higienis atau teori dua faktor.


4.4. Robert Blake dan Jane Mouton

Membahas lima gaya kepemimpinan dengan kondisi manajerial.


4.5. Rensis Likert

Menidentifikasikan dan melakukan penelitian secara intensif mengenai empat sistem

manajemen.


4.6. Fred Fiedler

Menyarankan pendekatan contingency pada studi kepemimpinan.


4.7. Chris Argyris

Memandang organisasi sebagai sistem sosial atau sistem antar hubungan budaya.


4.8. Edgar Schein

Meneliti dinamika kelompok dalam organisasi.

Teori behavioral science ditandai dengan pandangan baru mengenai perilaku orang per orang,

perilaku kelompok sosial dan perilaku organisasi.


5. Teori Aliran Kuantitatif


Memfokuskan keputusan manajemen didasarkan atas perhitungan yang dapat

dipertanggungjawabkan keilmiahannya.

Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ilmu manajemen yang biasa dimulai dengan langkah

sebagai berikut :

1. Merumuskan masalah

2. Menyusun model aritmatik

3. Mendapatkan penyelesaikan dari model

4. Mengkaji model dan hasil model

5. Menetapkan pengawasan atas hasil

6. Mengadkan implementasi

Alat bantu yang sering digunakan dalam metode ini adalah motede statistik dan komputerisasi

untuk melihat kemungkinan dan peluang sebaai informasi yang dibutuhkan pihak manajemen.


http://danoewins.wordpress.com/2009/10/01/teori-organisasi-umum/



Tidak ada komentar:

Posting Komentar